Berdasarkan pengertian
dari ketahanan nasional dan kondisi dari kehidupan nasional Indonesia,
ketahanan nasioanal Indonesia merupakan gambaran dari kondisi sistem kehidupan
nasional dalam berbagai aspek pada waktu
tertentu. Setiap aspek dalam kehidupan nasional selalu berubah menurut waktu,
ruang, dan lingkungannya terutama dari aspek dinamis sehingga menyebabkan
setiap interaksi susah untuk dipantau karena sangat kompleks dan berhubungan.
Dalam
pembinaan sistem kehidupan nasional diperlukan perhatian menyeluruh dari semua
aspek kehidupan nasional dalam bentuk model yang merupakan hasil dari
penggambaran didunia nyata melalui kesepakatan dari hasil analisa berdasarkan
pada landasan teori-teori tentang hubungan antar manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia atau masyarakat, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan
dengan pemahaman tersebut maka diperoleh gambaran bahwa ketahanan nasional
berhubungan langsung dengan hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan,
yaitu:
1.
Aspek
alamiah bersifat statis yang meliputi aspek dari geografi wilayah, penduduk,
dan sumber daya alam
2. Aspek sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam
1.
Pengaruh
Aspek Ideologi
1)
Pengertian
Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa latin (idea; daya cipta sebagai hasil kesadaran
manusia, dan logos; ilmu). Istilah
ini diperkenalkan oleh filsuf Perancis A. Destut de Tracy (1801) yang
mempelajari berbagai gagasan (idea)
manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas sebagai
keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya , terutama di bidang
politik.
Ideologi juga diartikan sebagai falsafah hidup dan
pandangan dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung). Biasanya ideologi selalu mengutamakan asas-asas
kehidupan politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti
kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.
Hal-hal yang harus dipahami adalah bahwa suatu ideologi
pada umumnya mewujudkan pandangan khas tentang pentingnya kerjasama
antarmanusia dalam kerja, hubungan manusia dengan kekuasaan (politik negara),
sumber kekuasaan bagi penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia.
Sebagai akibat kekhasan tersebut, ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh
kelompok lain yang tidak mau menerimanya, dan tidak jarang pula suatu ideologi
menjadi beku, kaku, dan tidak berubah, serta menuntut para pengikutnya untuk
patuh terhadap ajarannya.
Ideologi adalah suatu sistem pembulatan ajaran yang
mempunyai nilai motivasi. Dalam ideologi
tekandung pula suatu ajaran tentang konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa. Keberhasilan suatu ideologi tergantung pada nilai yang
dikandungnya tersebut dapat tidaknya memenuhi serta menjamin semua aspirasi
hidup dan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
kelompok atau masyarakat.
2)
Lahir
dan Tumbuh Kembangnya Ideologi
Dalam meninjau lahir dan tumbuh kembangnya ideologi,
sekurang-kurangnya ada 2 (dua) pandangan.
Pandangan pertama:
Suatu
ideologi berawal dari konsep-konsep abstrak (inkrimental) yang berangsur-angsur
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan tumbuh kembangnya masyarakat. Konsep
tersebut kemudian mengakui adanya nilai dasar atau prinsip tertentu sehingga
nilai tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran dan dijadikan suatu pegangan
atau pedoman dalam menjalin kehidupan bersama-sama dalam bentuk norma-norma. Menurut
M. Syafaat Habib, ideologi lahir kemudian berkembang dari adanya kepercayaan
politik yan terbentuk dan kemauan umum, perjanjian masyarakat sebagai realitas
historis. Selanjutnya untuk mendukung nilai dasar atau norma –norma tersebut
diperlukan seperangkat alat dari yang paling sederhana sampai yang paling
rumit.
Pandangan
kedua:
Suatu
ideologi merupakan hasil pemikiran para cendikiawan yang kemudian dijadiakan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Contohnya yang
pertama,Thomas Jefferson dengan mengamati berkembangnya situasi kehidupan
dengan menarik kesimpulan yang terumus menjadi deklarasi kemerdekaan Amerika
yang menganut sistem ideologi liberalisme atau individualisme, contoh kedua,
Karl Marx melahirkan pemikiran mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang menganut sistem ideologi komunisme.
3)
Hakikat
dan Fungsi Ideologi
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi
manusia atas kemampuan menahan diri dengan dunia kehidupannya. Antara ideologi
dengan kenyataan hidup masyarakat terjadi dialektis sehingga terjadinya
timbak balik yang terjadi dalam interaksi antar 2 pihak dimana yang satunya
memacu ideology untuk semakin realistis dan yang satunya mendorong masyarakat
untuk semakin seimbang.
Dengan
demikian ideology bukan hanya teori pengetahuan semata tetapi sesuatu yang
diperhatikan menjadi suatu keyakinan. Ideology jelas menunutut komitmen untuk
mewujudkannya. Berikut ini adalah fungsi ideology:
1.
Strukutur kognitif; yaitu seluruh
pengetahuan berupa landasan uktuk memahami dunia dan kejadian alamnya.
2.
Orientasi dasar dengan membuka wawasan
unutk memberi makna serta tujuan dalam kehidupan manusia.
3.
Norma yang menjadi pedoman dan pegangan
untuk bertindak
4.
Bekal untuk menemukan identitas
5.
Kekuatan motivasi untuk mencapai tujuan
6.
Pendidikan untuk berlaku dengan
orientasi dan norma yang terkandung didalamnya
4)
Ideologi
sebagai Suatu Sistem
Ideologi dapat
dirumuskan sebagai cara berpikir masyarakat dalam mewujudkan suatu kehidupan. Dapat
juga dikatakan sebagai identitas bangsa atau kepribadian bangsa. Ideology yang
merupakan cara berpikir dalam semua aspek kehidupan maka mula-mula diambil dari
kenaytan yang ada (induktif) dalam suatu sistem menjadi (deduktif) dengan
diterapkannya kembali dalam segala aspek. Ideologi biasanya adalah sistem
tertutup (deduktif-induktif
). Apabila suatu masyarakat mengngunakan idoelogi tertentu maka masyarakat tersebut menggunakan sistem deduktif, yaitu seluruh kehidupan manusia baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari bersumber pada nilai dari ideology yang dianutnya.
). Apabila suatu masyarakat mengngunakan idoelogi tertentu maka masyarakat tersebut menggunakan sistem deduktif, yaitu seluruh kehidupan manusia baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari bersumber pada nilai dari ideology yang dianutnya.
Ideology mengandung
pengertian harus menegara yaitu nilai-nilai yang dikandugnya diatur oleh negara.
Jadi sesungguhnya negaralah yang mengatur warga negaranya dan untuk mencapai
cita-cita dan tujuannya.
5)
Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Secara
teoritis filosofis, ideology bersumber pada suatu sistem falsafat dan merupakan
pelaksanaan sistem falsafat itu. Berdasarkan asas teoritis tersebut maka yang
terkandung pada pancasila adalah fisafat yang berkembang dalam sosial budaya
Indonesia.
Nilai
pancasila telah terkristalisasi yang dianggap sebagai nilai dasar dan sari-sari
budaya bangsa. Dengan demikian nilai-nilai pancasila telah menjiwai dan
memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai
filsafat.
Pancasila
mencerminkan nilai dalam hubungannya dengan ajaran ketuhanan, kemanusiaan,
kenegaraan, kekeluargaan, dan musyawarah serta keadilan sosial.
6)
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Yaitu
berbagai konsep dari ideology lain terutama liberalism seperti hak asasi
manusia, pasar bebas, mayoritas tunggal, dualism pemerintahan, serta
konsekuensi logis sistem operasi liberal.
Semua
konsep dari suatu ideologi lahir secara deduktif logis dari nilai intrinsic ideology
tertentu. Contoh, nilai intrinsic ideology liberalisme adalah kebebasan
individu, nilai intrinsic ideologi komunisme adalah hubungan produksi, dan ideology
pancasila adalah kebersamaan.
REFRENSI:
Budiyanto. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Jakarta: Erlangga
Muchji, Achmad, dkk. Pendidikan
Kewarganegaraan. 2007. Jakarta: Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar