Sabtu, 20 April 2013

PENGARUH ASPEK KETAHANAN NASIONAL PADA KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA


Berdasarkan pengertian dari ketahanan nasional dan kondisi dari kehidupan nasional Indonesia, ketahanan nasioanal Indonesia merupakan gambaran dari kondisi sistem kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada waktu tertentu. Setiap aspek dalam kehidupan nasional selalu berubah menurut waktu, ruang, dan lingkungannya terutama dari aspek dinamis sehingga menyebabkan setiap interaksi susah untuk dipantau karena sangat kompleks dan berhubungan.
Dalam pembinaan sistem kehidupan nasional diperlukan perhatian menyeluruh dari semua aspek kehidupan nasional dalam bentuk model yang merupakan hasil dari penggambaran didunia nyata melalui kesepakatan dari hasil analisa berdasarkan pada landasan teori-teori tentang hubungan antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia atau masyarakat, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan dengan pemahaman tersebut maka diperoleh gambaran bahwa ketahanan nasional berhubungan langsung dengan hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan, yaitu:
1.     Aspek alamiah bersifat statis yang meliputi aspek dari geografi wilayah, penduduk, dan sumber daya alam
2.     Aspek sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam

1.     Pengaruh Aspek Ideologi
1)         Pengertian Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa latin (idea; daya cipta sebagai hasil kesadaran manusia, dan logos; ilmu). Istilah ini diperkenalkan oleh filsuf Perancis A. Destut de Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan (idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya , terutama di bidang politik.
Ideologi juga diartikan sebagai falsafah hidup dan pandangan dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung). Biasanya ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.
Hal-hal yang harus dipahami adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas tentang pentingnya kerjasama antarmanusia dalam kerja, hubungan manusia dengan kekuasaan (politik negara), sumber kekuasaan bagi penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai akibat kekhasan tersebut, ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh kelompok lain yang tidak mau menerimanya, dan tidak jarang pula suatu ideologi menjadi beku, kaku, dan tidak berubah, serta menuntut para pengikutnya untuk patuh terhadap ajarannya.
Ideologi adalah suatu sistem pembulatan ajaran yang mempunyai nilai motivasi.  Dalam ideologi tekandung pula suatu ajaran tentang konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keberhasilan suatu ideologi tergantung pada nilai yang dikandungnya tersebut dapat tidaknya memenuhi serta menjamin semua aspirasi hidup dan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
2)         Lahir dan Tumbuh Kembangnya Ideologi
Dalam meninjau lahir dan tumbuh kembangnya ideologi, sekurang-kurangnya ada 2 (dua) pandangan.
Pandangan pertama:
Suatu ideologi berawal dari konsep-konsep abstrak (inkrimental) yang berangsur-angsur tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan tumbuh kembangnya masyarakat. Konsep tersebut kemudian mengakui adanya nilai dasar atau prinsip tertentu sehingga nilai tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran dan dijadikan suatu pegangan atau pedoman dalam menjalin kehidupan bersama-sama dalam bentuk norma-norma. Menurut M. Syafaat Habib, ideologi lahir kemudian berkembang dari adanya kepercayaan politik yan terbentuk dan kemauan umum, perjanjian masyarakat sebagai realitas historis. Selanjutnya untuk mendukung nilai dasar atau norma –norma tersebut diperlukan seperangkat alat dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit.
Pandangan kedua:
Suatu ideologi merupakan hasil pemikiran para cendikiawan yang kemudian dijadiakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Contohnya yang pertama,Thomas Jefferson dengan mengamati berkembangnya situasi kehidupan dengan menarik kesimpulan yang terumus menjadi deklarasi kemerdekaan Amerika yang menganut sistem ideologi liberalisme atau individualisme, contoh kedua, Karl Marx melahirkan pemikiran mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang menganut sistem ideologi komunisme.
3)         Hakikat dan Fungsi Ideologi
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuan menahan diri dengan dunia kehidupannya. Antara ideologi dengan kenyataan hidup masyarakat terjadi dialektis sehingga terjadinya timbak balik yang terjadi dalam interaksi antar 2 pihak dimana yang satunya memacu ideology untuk semakin realistis dan yang satunya mendorong masyarakat untuk semakin seimbang.
Dengan demikian ideology bukan hanya teori pengetahuan semata tetapi sesuatu yang diperhatikan menjadi suatu keyakinan. Ideology jelas menunutut komitmen untuk mewujudkannya. Berikut ini adalah fungsi ideology:
1.     Strukutur kognitif; yaitu seluruh pengetahuan berupa landasan uktuk memahami dunia dan kejadian alamnya.
2.     Orientasi dasar dengan membuka wawasan unutk memberi makna serta tujuan dalam kehidupan manusia.
3.     Norma yang menjadi pedoman dan pegangan untuk bertindak
4.     Bekal untuk menemukan identitas
5.     Kekuatan motivasi untuk mencapai tujuan
6.     Pendidikan untuk berlaku dengan orientasi dan norma yang terkandung didalamnya

4)         Ideologi sebagai Suatu Sistem
Ideologi dapat dirumuskan sebagai cara berpikir masyarakat dalam mewujudkan suatu kehidupan. Dapat juga dikatakan sebagai identitas bangsa atau kepribadian bangsa. Ideology yang merupakan cara berpikir dalam semua aspek kehidupan maka mula-mula diambil dari kenaytan yang ada (induktif) dalam suatu sistem menjadi (deduktif) dengan diterapkannya kembali dalam segala aspek. Ideologi biasanya adalah sistem tertutup (deduktif-induktif
). Apabila suatu masyarakat mengngunakan idoelogi tertentu maka masyarakat tersebut menggunakan sistem deduktif, yaitu seluruh kehidupan manusia baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari bersumber pada nilai dari ideology yang dianutnya.
Ideology mengandung pengertian harus menegara yaitu nilai-nilai yang dikandugnya diatur oleh negara. Jadi sesungguhnya negaralah yang mengatur warga negaranya dan untuk mencapai cita-cita dan tujuannya.

5)         Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Secara teoritis filosofis, ideology bersumber pada suatu sistem falsafat dan merupakan pelaksanaan sistem falsafat itu. Berdasarkan asas teoritis tersebut maka yang terkandung pada pancasila adalah fisafat yang berkembang dalam sosial budaya Indonesia.
Nilai pancasila telah terkristalisasi yang dianggap sebagai nilai dasar dan sari-sari budaya bangsa. Dengan demikian nilai-nilai pancasila telah menjiwai dan memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai filsafat.
Pancasila mencerminkan nilai dalam hubungannya dengan ajaran ketuhanan, kemanusiaan, kenegaraan, kekeluargaan, dan musyawarah serta keadilan sosial.

6)         Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Yaitu berbagai konsep dari ideology lain terutama liberalism seperti hak asasi manusia, pasar bebas, mayoritas tunggal, dualism pemerintahan, serta konsekuensi logis sistem operasi liberal.
Semua konsep dari suatu ideologi lahir secara deduktif logis dari nilai intrinsic ideology tertentu. Contoh, nilai intrinsic ideology liberalisme adalah kebebasan individu, nilai intrinsic ideologi komunisme adalah hubungan produksi, dan ideology pancasila adalah kebersamaan.

REFRENSI:
Budiyanto. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Jakarta: Erlangga
Muchji, Achmad, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Jakarta: Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar